AGAR DAUN TIDAK BERJATUHAN
Apa itu sebuah
keluarga? Keluarga seperti apa yang banyak diinginkan orang?
Berbicara tentang sebuah keluarga tidak akan
ada habisnya dan tidak akan lepas dari bagaimana cara membentuk keluarga yang
banyak di inginkan oleh orang. Sebuah
keluarga merupakan tempat dimana kita dapat mengenal dan memahami arti sebuah
kehidupan yang sesungguhnya. Sebuah keluarga sangat penting dan pasti dibutuhkan
oleh setiap manusia, dikeluargalah kita dapat mendapatkan banyak sekali bekal
untuk kehidupan kita kelak dan tahu bagaimana membentuk sebuah keluarga itu sendiri.
Tapi fenomena di
sekitar kita banyak sekali keluarga yang hancur dan rusak, bak terjadi sebuah
peperangan yang sangat dahsyat. Mental
Keluarga broken home terjadi dimana-mana dan itu sudah menjadi hal yang
biasa terjadi di lingkungan kita.
Banyak keluarga
awam dan tidak tau betapa bahayanya perceraian yang dilakukan dalam sebuah
keluarga terhadap mental dan psikis anak. Orang tua kita mengambil sebuah
keputusan untuk bercerai apa tidak berpikir lebih dalam lagi tentang dampaknya
terhadap anak-anak mereka, sekedar mengedepankan emosi sesaat tapi berdampak
fatal terhadap masa depan anak-anak mereka. Dan ini merupakan contoh keluarga
yang rusak.
Dampak yang
ditimbulkan dari perceraian keluarga terhadap anak ialah seorang anak akan
terguncang batinnya, anak setiap hari bahkan setiap saat selalu bersama dengan
ayah dan ibu mereka, sarapan pagi dengan keceriaan di meja makan, menonton TV
bersama dengan canda tawa. Namun itu hilang seketika ketika perceraian datang
menghantam sebuah keluarga.
Awan yang semula
cerah dipikiran seorang anak berubah
menjadi mendung bergelegar petir, terjadi cambukan perih di dalam batin seorang
anak dan seorang anak sulit untuk mengungkapkan perasaanya kepada orang tuanya karena
mereka berpikir bahwa kedua orang tua mereka sedang menjalani peperangan dunia
ketiga. Dari sini timbullah rasa kecewa dalam batin seorang anak yang tidak
akan bisa diobati dengan apapun, mengapa bisa demikian?
Karena rasa kekecewaan
tersebut tidak dapat dipikul sendiri bagi seorang anak dan ditanggungnya
sendiri, yang di inginkan seorang anak hanyalah kelengkapan dan kedamaian dalam
keluarga. Namun itu sudah tidak didapatkan lagi bagi seorang anak ketika
perceraian menghantam sebuah keluarga, sesosok figure ayah dan ibu yang
diinginkannya sudah tidak ada lagi. Dari situlah timbul rasa yang berkecambuk
di benak seorang anak, rasa kaget, kecewa, sedih dan marah bercampur aduk
semuanya menjadi satu dan itulah yang menjadi beban psikis bagi anak.
Seorang anak
tidak seharusnya menanggung beban sedemikian rupa, karena hal tesebut maka
terbentuklah karakter yang buruk pada anak. Seorang anak melampiaskan
kekecewaan mereka dalam bentuk tindak laku di kemudian hari. Kasih sayang yang
mereka butuhkan dan mereka inginkan sudah tidak ada lagi bahkan menjauh dari
mereka. Dari rasa kekecewaan tersebut mereka lampiaskan menjadi anak yang
brutal, anak yang sudah tidak memiliki semangat lagi, anak yang selalu
menyalahkan kondisi tersebut.
Dari situ kita sebagai orang tua tidak seharusnya
menyalahkan kenakalan anak karena ulah mereka sendiri. Tapi kita juga harus
melihat pada diri kita sendiri selaku
orang tua, apakah karena didikan kita
yang salah atau dari tindak laku kita selaku orang tua yang menjadi
penghancur sendiri bagi keluarga yang kita bentuk. Pada dasarnya tidak ada anak
di dunia ini yang menjadi anak nakal bahkan brutal, mereka bisa menjadi
sedemikian karena faktor dari didikan keluarga itu sendiri dan factor lingkungan
pertemanan.
Dari penjelasan
sedikit diatas, seharusnya sebagai orang tua kita sudah bisa mengaca dan
menelaah diri kita. Tidak semua kenakalan yang diperbuat seorang anak karena
dari diri mereka sendiri melainkan dari lika-liku keluarga mereka karena orang
tua memiliki peranan yang sangat besar pada hal tersebut. Karakter seorang anak
di bentuk ketika mereka pada masa kanak-kanak, tapi mengapa ketika seorang anak
melakukan sebuah kenakalan justru kekerasan dari orang tua yang didapatkan?
Apakah kekerasan fisik terhadap seorang anak dapat menyelasaikan masalah
kenakalan anak?
Itu merupakan
sebuah pemikiran yang sangat bejat, anak bukan tambah baik malah justru tambah
nakal. Fakta tersebut benar, mengapa?
Coba lihat
realita di sekitar kita, seorang anak akan bertambah menjadi-jadi kenakalannya
karena mereka merasa orang tua mereka membenci mereka, menganggap orang tua
mereka bagaikan monster yang dengan mudah memukul mereka. Didalam mindset
seorang anak sudah tertanam bahwa orang tua mereka adalah tukang pukul. Anak akan
selalu berpikir negative terhadap orang tua, bahkan mereka akan balas dendam
terhadap apa yang dilakukan oleh orang tua kepada mereka.
Tidak hanya itu,
dari pukulan fisik akan menimbulkan bekas mendalam atau rasa sakit yang besar
di fisik dan psikologi mereka. Dan itu akan tertanam begitu kuat dan sulit
untuk dicabutnya. Sehingga pribadi anak akan menjadi pribadi yang rapuh di
lingkungan keluarga yang rusak.
Dari fenomena
tersebut sudah jelas, factor penyebab kenakalan anak bukan dari diri mereka
sendiri, melainkan bisa saja dari pihak orang tua bagaimana cara mendidik
mereka. Kekerasan fisik yang banyak dilakukan oleh orang tua turut andil dalam
permainan perusakan mental seorang anak.
Pada hakikatnya
dalam mendidik seorang anak hanya membutuhkan kasih sayang dan cinta yang tulus
dari kedua orang tua mereka. Anak bagaikan kura-kura sedangkan orang tua
bagaikan tempurungnya, dimana tempat anak untuk berlindung dan bersandar ketika
anak terguncang masalah. Oleh karena itu, tanamkan kasih sayang dan cinta yang
tulus dalam mendidik anak dan membina rumah tangga dalam sebuah keluarga.
Sehingga
keluarga yang harmonis, keluarga yang menjadi impian semua orang akan kita
genggam dan kita miliki. Pada akhirnya tidak akan ada lagi daun yang rapuh
gugur pada musim gugur, tapi daun-daun yang sudah siaplah yang akan gugur pada
waktunya.
By:
HASBI DIQI