Senin, 07 Oktober 2013

BOSAN JADI SANTRI

Santri adalah pelajar yang menimbah ilmu di pondok pesantren, pelajar alim dan santun yang memiliki segudang ilmu agama. Tapi kurang gaul, kalah pengetahuan dan gagap teknologi. Bisanya minta sumbangan dari pintu kepintu, apa benar itu? 

Jawabannya pastilah TIDAK! Karena sudah banyak buktinya di sekitar kita, lihat saja para pembesar negara ini seperti KH.Ahmad Dahlan dan KH.Hasyim Asy’ari dua sejoli pendiri organisasi terbesar di negara ini, mereka dulunya adalah seorang santri. Tidak hanya itu, bahkan sekarang banyak para orang-orang penting negeri ini yang juga dulunya seorang santri, para penulis buku banyak sekali dari kalangan yang berasal dari pesantren.

Tapi kenyataannya sekarang santri-santri tidak banyak yang meniru mereka-mereka para santri yang sukses. Kebanyakan santri sekarang banyak yang malas-malasan dan kurang produktif. Sudah banyak buktinya sekarang disekitar kita. Dalam ajang-ajang olimpiade internasional banyak diperebutkan anak-anak dari sekolah negeri dan sekolah Kristen. Mana batang hidung santri? Apakah cuma jadi penonton saja?

Malu sama orang-orang di atas dan para ulama! Padahal di pesantren telah banyak di ajarkan pelajaran agama, dan ternyata tidak hanya pelajaran agama saja, umumnya juga tidak ketinggalan. Sudah seimbang antara dunia dan akhiratnya begitu juga komplit ilmunya. Sesungguhnya menjadi seorang santri memiliki nilai plus tersendiri dan pastilah berbeda dengan anak sekolah lain.

Dari segi keilmuan, seorang santri sebenarnya  patut bersyukur karena pada hakikatnya mereka mendapatkan ilmu yang seimbang untuk dunia dan akhiratnya. Di pesantren mereka mendapatkan pengetahuan umum yang menjadi bekal mereka ketika masuk universitas dan ketika memasuki dunia kerja yang penuh dengan persaingan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan ilmu tentang akhirat yaitu ilmu agama, yang menjadi pondasi mereka ketika hidup bermasyarakat dan menjadi landasan hukum untuk dirinya sendiri guna menuju sebuah kebajikan.

Begitu sempurnanya ilmu yang di dapat para santri. Tapi tidak semua santri menyadari hal itu, banyak di antara mereka yang awalnya masuk pesantren masih gengsi termasuk si penulis sendiri. Tapi ketika kita sudah mengetahui hikmah dan manfaat masuk pesantren, tidak bakalan menyesal sekolah di pesantren.

Tapi kenapa masih ada santri malas-malasan? Datang ke sekolah hanya untuk dapat uang jajan saja, di sekolah tidak pernah memperhatikan guru ketika mengajar dan tidak bisa apa-apa. Ditanya ada berapa rukun islam tidak bisa jawab, Itu salahnya sendiri!

Oleh karena itu bosan jadi santri sekarang, jadi santri yang biasa-biasa saja. Seharusnya kita menjadi santri yang LUAR BIASA, sudah tidak jaman sekolah hanya minta uang lalu pergi dan membuat pulau di atas bangku. Sudah tidak jaman waktu ujian nyontek dan ngerpek. Sudah tidak jaman sekolah malas-malasan dan “klemar-klemer”. Mau nanti para santri jadi sampah masyarakat? Jangan sampai itu terjadi!

Sekarang sudah saatnya kita sebagai seorang santri berbenah diri dan menunjukan pada dunia bahwa santri juga tidak kalah dengan anak sekolah negeri. Tunjukan pada dunia kalau para santri dapat di banggakan dan di acungi jempol. Makanya jadilah santri yang luar biasa, luar biasa dalam akhlak, luar biasa dalam ibadah, luar biasa dalam ilmu dan prestasi dan juga luar biasa dalam segala hal kecuali maksiat. SAY NO!

Sehingga kelak para santri dapat memimpin dunia ini dan masa kejayaan islam akan bangkit kembali. Jadi jangan mau jadi yang biasa-biasa saja tapi harus luar biasa!! Harus luar biasa!! SEMANGAT…….:)

BY : HASBI DIQI