Senin, 07 Oktober 2013

BOSAN JADI SANTRI

Santri adalah pelajar yang menimbah ilmu di pondok pesantren, pelajar alim dan santun yang memiliki segudang ilmu agama. Tapi kurang gaul, kalah pengetahuan dan gagap teknologi. Bisanya minta sumbangan dari pintu kepintu, apa benar itu? 

Jawabannya pastilah TIDAK! Karena sudah banyak buktinya di sekitar kita, lihat saja para pembesar negara ini seperti KH.Ahmad Dahlan dan KH.Hasyim Asy’ari dua sejoli pendiri organisasi terbesar di negara ini, mereka dulunya adalah seorang santri. Tidak hanya itu, bahkan sekarang banyak para orang-orang penting negeri ini yang juga dulunya seorang santri, para penulis buku banyak sekali dari kalangan yang berasal dari pesantren.

Tapi kenyataannya sekarang santri-santri tidak banyak yang meniru mereka-mereka para santri yang sukses. Kebanyakan santri sekarang banyak yang malas-malasan dan kurang produktif. Sudah banyak buktinya sekarang disekitar kita. Dalam ajang-ajang olimpiade internasional banyak diperebutkan anak-anak dari sekolah negeri dan sekolah Kristen. Mana batang hidung santri? Apakah cuma jadi penonton saja?

Malu sama orang-orang di atas dan para ulama! Padahal di pesantren telah banyak di ajarkan pelajaran agama, dan ternyata tidak hanya pelajaran agama saja, umumnya juga tidak ketinggalan. Sudah seimbang antara dunia dan akhiratnya begitu juga komplit ilmunya. Sesungguhnya menjadi seorang santri memiliki nilai plus tersendiri dan pastilah berbeda dengan anak sekolah lain.

Dari segi keilmuan, seorang santri sebenarnya  patut bersyukur karena pada hakikatnya mereka mendapatkan ilmu yang seimbang untuk dunia dan akhiratnya. Di pesantren mereka mendapatkan pengetahuan umum yang menjadi bekal mereka ketika masuk universitas dan ketika memasuki dunia kerja yang penuh dengan persaingan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan ilmu tentang akhirat yaitu ilmu agama, yang menjadi pondasi mereka ketika hidup bermasyarakat dan menjadi landasan hukum untuk dirinya sendiri guna menuju sebuah kebajikan.

Begitu sempurnanya ilmu yang di dapat para santri. Tapi tidak semua santri menyadari hal itu, banyak di antara mereka yang awalnya masuk pesantren masih gengsi termasuk si penulis sendiri. Tapi ketika kita sudah mengetahui hikmah dan manfaat masuk pesantren, tidak bakalan menyesal sekolah di pesantren.

Tapi kenapa masih ada santri malas-malasan? Datang ke sekolah hanya untuk dapat uang jajan saja, di sekolah tidak pernah memperhatikan guru ketika mengajar dan tidak bisa apa-apa. Ditanya ada berapa rukun islam tidak bisa jawab, Itu salahnya sendiri!

Oleh karena itu bosan jadi santri sekarang, jadi santri yang biasa-biasa saja. Seharusnya kita menjadi santri yang LUAR BIASA, sudah tidak jaman sekolah hanya minta uang lalu pergi dan membuat pulau di atas bangku. Sudah tidak jaman waktu ujian nyontek dan ngerpek. Sudah tidak jaman sekolah malas-malasan dan “klemar-klemer”. Mau nanti para santri jadi sampah masyarakat? Jangan sampai itu terjadi!

Sekarang sudah saatnya kita sebagai seorang santri berbenah diri dan menunjukan pada dunia bahwa santri juga tidak kalah dengan anak sekolah negeri. Tunjukan pada dunia kalau para santri dapat di banggakan dan di acungi jempol. Makanya jadilah santri yang luar biasa, luar biasa dalam akhlak, luar biasa dalam ibadah, luar biasa dalam ilmu dan prestasi dan juga luar biasa dalam segala hal kecuali maksiat. SAY NO!

Sehingga kelak para santri dapat memimpin dunia ini dan masa kejayaan islam akan bangkit kembali. Jadi jangan mau jadi yang biasa-biasa saja tapi harus luar biasa!! Harus luar biasa!! SEMANGAT…….:)

BY : HASBI DIQI

Jumat, 07 Juni 2013

BONGSAI KEHIDUPAN REMAJA

Menjelajahi makna lautan kehidupan memang sangat luas, tak ada yang membatasi. Apalagi bagi diriku yang baru saja menetas dari masa kana-kanak menuju masa remaja dimana masa kebingunganku dimulai. Kenapa di sebut masa kebingungan? Disini perlu kita garis bawahi, seperti yang pribadi rasakan dan hasil pengematanku terhadap teman-teman disekitarku. Masa  ABG ( Anak Baru Gendeng ) menurutku adalah masa yang membingungkan, pada masa ini khususnya diriku selalu didatangi pertanyaan-pertanyaan siapakah gerangan daku ini? Seolah-olah masih bingung dalam memaknai sebuah kehidupan.

Kebanyakan pada masa inilah di tentukan kita kelak bisa menjadi orang baik atau buruk di masa mendatang. Saya masih ingat  kata salah seorang guru saya yang pernah memberikan nasehat kepada saya “ Orang yang pada waktu usia remaja dia sudah bisa menjadi pribadi baik, insyaallah ketika ia menuju masa selanjutnya akan menjadi pribadi baik pula, dan begitu sebaliknya”. Dari nasehat guru saya, saya  menyimpulkan sendiri bahwa masa remaja merupakan masa yang sangat penting karena pada masa inilah di bentuk karakter pribadi yang sesungguhnya. Atau bahasa mudahnya pada masa inilah kita mencari jati diri kita, siapa diri kita sebenarnya. Dan itu bukan perkara mudah karena saya sendiri selaku anak remaja masih kebingungan dalam mencari jati diri saya sendiri.

Pada masa ini saya menemukan pembelajaran yang sangat berharga  tentang cara memaknai kehidupan yang membawa diri saya pada sebuah kedewasaan. Entah pembelajaran yang diberikan oleh orang tua, guru dan teman-teman saya. Kebanyakan saya dapat mengambil banyak pelajaran dan dapat merefresh diri saya dari permasalahan-permasalahan hidup saya sebagai anak remaja. Dari kegalauan saya sendiri. Dari masalah – masalah tersebut saya dituntut menyelesaikannya secara bijak, tidak asal-asalan menyelesaikan masalah yang didasarkan pada rasa egois semata.

Sebagai contoh ketika ada persilisihan dengan temam-teman di sekolah, saya  harus bisa menyelesaikannya dengan cara dewasa. Kita omongkan masalah itu secara baik-baik, kita cari solusi yang terbaik yang dapat diterma oleh kedua belah pihak. Yang paling penting bagi saya ketika menyelesaikan masalah jangan sampai menggunakan kekerasan. Dimana harga diri, rasa malu dan etika kita sebagai seorang  yang berpendidikan, yaitu seorang pelajar. Dan jangan sampai solusi yang terbaik tersebut dapat memutuskan tali persaudaraan dan pertemanan kita. Memang ketika kita ditimpa masalah terasa sangat berat bagaikan memikul gunung dan kadang kita merasa tidak kuat untuk memikul beban tersebut.

Tapi pada hakikatnya dengan beratnya masalah-masalah yang kita hadapi terlebih kita adalah seorang remaja dimana menurut saya adalah masa yang membingungkan, kita dapat memetik pelajaran yang sangat berharga yang dapat membawa kita pada pola pikir yang lebih matang.

Tapi kebayakan teman-teman yang saya temui cenderung menutup diri terhadap masalah yang sedang di hadapi sehingga ketika mereka mengambil sebuah keputusan tidak didasari pemikiran yang logis tetapi asal-asalan saja. Padahal mereka sangat mebutuhkan masukan dan pengarahan dari seseorang yang dapat menuntunnya dalam menyikapi sebuah masalah. Yang pertama dan paling utama yang mereka butuhkan adalah peran orang tua. Para remaja ketika dirundung masalah mereka pastilah membutuhkan peran orang tua untuk teman berbagi, teman untuk  mengeluh dan menyandarkan beban masalah mereka. Tapi kebanyakaan diantara mereka merasa malu untuk curhat kepada orang tua mereka. Apakah karena mereka tidak terlalu akrab dengan orang tua atau justru dari pihak si orang tua yang tidak terlalu memperdulikan si anak?

Banyak orang tua yang berpikir bahwa mereka telah memperhatikan anaknya sedemikian rupa. Padahal kenyataanya sang anak tidak merasa sama sekali diperhatikan. Orang tua hanya bisa memperhatikan dan memenuhi hanya secara fasilitas dan materi saja, tapi perhatian batin seorang anak merasa tidak di perhatikan sama sekali. Kurangnya kepekaan orang tua terhadap anak menjadi factor utama seorang anak khusunya seorang remaja yang masih dalam masa pencarian jati diri menjauh dan membatasi diri pada orang tua.

Suatu ketika saya pergi bersilaturahmi kerumah teman saya di daerah Gresik bagian selatan, niat untuk meminta maaf kepada teman saya karena adanya masalah saya denganya. Sesampai disana  saya segera bergegas menuju rumahnya, masuklah saya. Sebelumnya saya telah mengenal  ayah dari teman saya sehingga tidak begitu canggung ketika pergi ke rumahnya. 

Duduklah kita bertiga, saya, teman saya dan ayahnya. Ya.. seperti biasa kita berbincang-bincang, keluarlah seorang ibu dengan membawa susu kedelai yang masih hangat, bergabunglah ibunya teman saya bersama kami di ruang tamu. Melihat sesosok wanita di depan saya dan memdengarkan ceritanya, yang pada waktu itu menceritakan kesuksesan prestasi yang digapai kakak perempuan dari teman saya. Saya hanya bisa diam dan kagum kepadanya.

Si ibu juga menceritakan cara mendidik anak-anaknya sehingga menghasilkan anak-anak yang luar biasa termasuk teman saya. Saya masih ingat omongan dari si ibu, bahwa dia menjadi orang tua tidak mau anaknya sampai membawa beban masalah sendiri, beliau bisa membuat bagaimana caranya agar anaknya bisa merasa nyaman curhat kepadanya selaku orang  tua, beliau juga senantiasa memberikan nasehat-nasehat dan motivasi kepada anak-anaknya. Yang bisa saya tangkap dari ibu teman saya ialah bahwa beliau mempunyai kepekaan yang luar biasa dan rasa ketulusan kasih sayang yang begitu besar. Itu terpancar dari caranya  memandang anaknya penuh harap.

Dari ibunya teman saya, saya jadi berkaca pada orang tua saya, orang tua seperti itulah mungkin yang di idam-idamkan semua anak. Peka terhadap masalah yang di hadapi anak, kasih sayang dan perhatian yang tiada batas bahkan anak bisa merasa nyaman curhat denganya. Sungguh ibu yang luar biasa.

Dari situ cara pendekatan pendidikan yang dilakukan si ibu memang sangatlah baik, beliau bisa mengerti kondisi psikologi si anak sehingga kepekaannya begitu tajam. Tapi kebanyakan fenomena yang terjadi di sekitar kita tidak seperti itu. Kebanyakan orang tua berpikir jika  kebutuhan fasilitas anak sudah terpenuhi maka sampai disitulah perhatiaanya. Dikira anak remaja tidak punya masalah apa?

Dari tidak dekatnya anak dan tidak merasa nyamannya anak untuk curhat kepada orang tua, memaksa para  remaja tertutup dan membawa sendiri beban masalahnya sehingga mereka asala-asalan dalam mengambil sebuah keputusan tanpa menimbang-nimbang risikonya. Oleh karena itu, banyak di temukan para remaja yang cenderung lebih nyaman curhat kepada teman dari pada kepada orang tuanya sendiri. 

Tapi dalam memilih teman curhat kita tidak bisa asal-asalan juga, dan itu saya rasakan. Tidak semua teman saya, saya jadikan teman untuk menceritakan beban masalah saya dan dapat memberikan solusi terhadap masalah saya. Mencari teman yang bisa membuat saya nyaman bercerita tidaklah mudah. Tapi Alhamdulillah Allah telah mengirimkan beberapa sahabat terbaik  yang selalu mengingatkan saya, saling mengingatkan dan menyayangi itulah yang saya utamakan dan menjalin hubungan pertemanan.

 Dari tulisan saya diatas dapat disimpulkan bahwasannya seorang anak,  tidak hanya anak remaja sangat membutuhkan kaaih sayang dan pengertian dari kedua orang tuanya. Komunikasi yang bagus tidak saling acuh tak acuh dalam sebuah keluarga harus dipelihara dan ditanamkan dalam jiwa anak dan orang tua. Semoga tulisan diatas bermanfaat dan bukan bermaksud untuk menggurui. Hanya mengharapkan hikmah yang dapat diambil.

                                                                                                          HASBI DIQI  

Selasa, 14 Mei 2013

AGAR DAUN TIDAK BERJATUHAN

Apa itu sebuah keluarga? Keluarga seperti apa yang banyak diinginkan orang?

 Berbicara tentang sebuah keluarga tidak akan ada habisnya dan tidak akan lepas dari bagaimana cara membentuk keluarga yang banyak di inginkan oleh  orang. Sebuah keluarga merupakan tempat dimana kita dapat mengenal dan memahami arti sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Sebuah keluarga sangat penting dan pasti dibutuhkan oleh setiap manusia, dikeluargalah kita dapat mendapatkan banyak sekali bekal untuk kehidupan kita kelak dan tahu bagaimana membentuk  sebuah keluarga itu sendiri.

Tapi fenomena di sekitar kita banyak sekali keluarga yang hancur dan rusak, bak terjadi sebuah peperangan yang sangat dahsyat. Mental  Keluarga broken home terjadi dimana-mana dan itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi di lingkungan kita.

Banyak keluarga awam dan tidak tau betapa bahayanya perceraian yang dilakukan dalam sebuah keluarga terhadap mental dan psikis anak. Orang tua kita mengambil sebuah keputusan untuk bercerai apa tidak berpikir lebih dalam lagi tentang dampaknya terhadap anak-anak mereka, sekedar mengedepankan emosi sesaat tapi berdampak fatal terhadap masa depan anak-anak mereka. Dan ini merupakan contoh keluarga yang rusak.

Dampak yang ditimbulkan dari perceraian keluarga terhadap anak ialah seorang anak akan terguncang batinnya, anak setiap hari bahkan setiap saat selalu bersama dengan ayah dan ibu mereka, sarapan pagi dengan keceriaan di meja makan, menonton TV bersama dengan canda tawa. Namun itu hilang seketika ketika perceraian datang menghantam sebuah keluarga.  

Awan yang semula cerah dipikiran seorang anak  berubah menjadi mendung bergelegar petir, terjadi cambukan perih di dalam batin seorang anak dan seorang anak sulit untuk mengungkapkan perasaanya kepada orang tuanya karena mereka berpikir bahwa kedua orang tua mereka sedang menjalani peperangan dunia ketiga. Dari sini timbullah rasa kecewa dalam batin seorang anak yang tidak akan bisa diobati dengan apapun, mengapa bisa demikian?

Karena rasa kekecewaan tersebut tidak dapat dipikul sendiri bagi seorang anak dan ditanggungnya sendiri, yang di inginkan seorang anak hanyalah kelengkapan dan kedamaian dalam keluarga. Namun itu sudah tidak didapatkan lagi bagi seorang anak ketika perceraian menghantam sebuah keluarga, sesosok figure ayah dan ibu yang diinginkannya sudah tidak ada lagi. Dari situlah timbul rasa yang berkecambuk di benak seorang anak, rasa kaget, kecewa, sedih dan marah bercampur aduk semuanya menjadi satu dan itulah yang menjadi beban psikis bagi anak.

Seorang anak tidak seharusnya menanggung beban sedemikian rupa, karena hal tesebut maka terbentuklah karakter yang buruk pada anak. Seorang anak melampiaskan kekecewaan mereka dalam bentuk tindak laku di kemudian hari. Kasih sayang yang mereka butuhkan dan mereka inginkan sudah tidak ada lagi bahkan menjauh dari mereka. Dari rasa kekecewaan tersebut mereka lampiaskan menjadi anak yang brutal, anak yang sudah tidak memiliki semangat lagi, anak yang selalu menyalahkan kondisi tersebut. 

Dari situ kita sebagai orang tua tidak seharusnya menyalahkan kenakalan anak karena ulah mereka sendiri. Tapi kita juga harus melihat pada diri kita  sendiri selaku orang tua, apakah karena didikan kita  yang salah atau dari tindak laku kita selaku orang tua yang menjadi penghancur sendiri bagi keluarga yang kita bentuk. Pada dasarnya tidak ada anak di dunia ini yang menjadi anak nakal bahkan brutal, mereka bisa menjadi sedemikian karena faktor dari didikan keluarga itu sendiri dan factor lingkungan pertemanan.

Dari penjelasan sedikit diatas, seharusnya sebagai orang tua kita sudah bisa mengaca dan menelaah diri kita. Tidak semua kenakalan yang diperbuat seorang anak karena dari diri mereka sendiri melainkan dari lika-liku keluarga mereka karena orang tua memiliki peranan yang sangat besar pada hal tersebut. Karakter seorang anak di bentuk ketika mereka pada masa kanak-kanak, tapi mengapa ketika seorang anak melakukan sebuah kenakalan justru kekerasan dari orang tua yang didapatkan? Apakah kekerasan fisik terhadap seorang anak dapat menyelasaikan masalah kenakalan anak?

Itu merupakan sebuah pemikiran yang sangat bejat, anak bukan tambah baik malah justru tambah nakal. Fakta tersebut benar, mengapa?

Coba lihat realita di sekitar kita, seorang anak akan bertambah menjadi-jadi kenakalannya karena mereka merasa orang tua mereka membenci mereka, menganggap orang tua mereka bagaikan monster yang dengan mudah memukul mereka. Didalam mindset seorang anak sudah tertanam bahwa orang tua mereka adalah tukang pukul. Anak akan selalu berpikir negative terhadap orang tua, bahkan mereka akan balas dendam terhadap apa yang dilakukan oleh orang tua kepada mereka.

Tidak hanya itu, dari pukulan fisik akan menimbulkan bekas mendalam atau rasa sakit yang besar di fisik dan psikologi mereka. Dan itu akan tertanam begitu kuat dan sulit untuk dicabutnya. Sehingga pribadi anak akan menjadi pribadi yang rapuh di lingkungan keluarga yang rusak.

Dari fenomena tersebut sudah jelas, factor penyebab kenakalan anak bukan dari diri mereka sendiri, melainkan bisa saja dari pihak orang tua bagaimana cara mendidik mereka. Kekerasan fisik yang banyak dilakukan oleh orang tua turut andil dalam permainan perusakan mental seorang anak.

Pada hakikatnya dalam mendidik seorang anak hanya membutuhkan kasih sayang dan cinta yang tulus dari kedua orang tua mereka. Anak bagaikan kura-kura sedangkan orang tua bagaikan tempurungnya, dimana tempat anak untuk berlindung dan bersandar ketika anak terguncang masalah. Oleh karena itu, tanamkan kasih sayang dan cinta yang tulus dalam mendidik anak dan membina rumah tangga dalam sebuah keluarga.

Sehingga keluarga yang harmonis, keluarga yang menjadi impian semua orang akan kita genggam dan kita miliki. Pada akhirnya tidak akan ada lagi daun yang rapuh gugur pada musim gugur, tapi daun-daun yang sudah siaplah yang akan gugur pada waktunya.


By: HASBI DIQI

Senin, 01 April 2013

MY FIRST RAMADHAN

“Huh…dingin sekali…salju turun terus…” ucapku.
“Nih secangkir coklat panas..” tawar Jane padaku.
“Terimah kasih…nikmatnya….” jawabku.
                                                                                                      
Kita bercakap-cakap di depan cerobong asap sambil menghangatkan badan,di living kost tepatnya di jalan Rossella blok E United Kingdom. Aku adalah Alice Muchtar mahasiswa Oxford University dari Indonesia,selama 7 tahun aku menempuh pendidikan di UK hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku walaupun hari ihi dingin sekali karena tepat pukul 07.00 waktu setempat besok, aku akan kembali ketanah air  untuk melakukan tugas peraktekku yang merupakan persyaratan resmi dari fakultas kedokteran sebelum diwisuda.Aku mengajukan pada pihak universitas untuk praktek di Indonesia,dan pihak universitas menyetujuinya.Pihak universitas menyerahkan sepenuhnya kepadaku mau mengabdi di lembaga apa, asalkan nanti ada surat resminya dari pihak lembaga.

Pamflet besar bertuliskan “WELCOME TO INDONESIA” di depan bandara Juanda menyambutku ,tak terasa selama 7 tahun aku meninggalkan tanah air akhirnya aku dapat pulang ke tanah kelahiranku  yaitu kota Gresik Berhias Iman.Mobil taxi berhenti di depan rumah yang tak begitu besar namun luas,di depanya ada seorang wanita tua berambut pendek,dia adalah mamaku tersayang.

“Mama………..” teriakku sambil berlari ke arahnya dan memeluknya dengan pelukan  sangat erat untuk melepas rindu.

“Tuhaaaaaan akhirnya anakku pulang juga…terima kasih tuhaan,Alice kamu kok kurusan nak?” tanya mama dengan tetesan air matanya yang begitu tulus.

“Iya ma…gak papa ini perjuanganku mama, diluar sana untuk mencari ilmu…” jawabku ikut menangis karena sudah lama tidak bertemu dengan mama.

Setelah temu kangen dengan mama,aku langsung istirahat di kamar pinkku karena sangat lelah sehabis menempuh perjalanan yang  jauh dari UK ke Singapura lalu ke Indonesia.

                Mentari menampakan dirinya ditemani suara merdu kicauan burung-burung.Hari ini aku akan mengurus data-data di Surabaya,guna masa praktekku.Dan aku mengambil praktek di sebuah lembaga pendidikan keislaman dengan tujuan untuk mencari pengalaman baru dengan orang-orang yang berbeda kepercayaan denganku.Pondok pesantren Al-Mujahid nama lembaga itu, yang terletak tak jauh dari Bengawan Solo berada di Kecamatan Dukun dan satu kabupaten denganku. 

“Ma…” panggilku.

“Ada apa lis…’ jawab mama sambil mempersipkan makan malam.

“Sehabis mengurus data-data tadi untuk keberangkatanku besok ke pesantren,aku kok jadi ragu ya ma…….” curhatku pada mama.

“Ragu kenapa?” tanya mama penasaran padaku.

“Ya gitu ma…..aku yang beragama katolik besok tinggal di mana semua orang di sekitarku adalah muslim,aku jadi ngerasa minder di tambah bentar lagi memasuki bulan puasa.Rasanya aneh aja,semua orang berjilbab panjang sedangkan aku tidak…….” ceritaku pada mama.

“Lo itukan pilihan kamu sendiri…mamakan uda nyaranin kamu untuk ngambil praktek di dinas kesehatan saja ….. kamu nya yang nggak mau” jawab mama.

“Terus kamu berjilbab aja…kan dari luar biar terlihat sama dengan mereka…” tambah mama.

“Ah enggak ma…. berarti aku membohongi mereka semua dong,lebih baik aku tampil apa adanya asalkan sopan,aku yakin mereka semua pasti menerima aku dengan apa adanya…” jawabku sambil kemas-kemas pakaian untuk besok.

“Ya sudalah terserah kamu saja….gitu aja kok repot…ayo makan” jawab mama.

Keesokan harinya aku berangkat ke pesantren dan kebetulan hari itu adalah awal bulan puasa yang pastinya semua orang yang ada di pesantren berpuasa tapi aku jelaslah tidak.Sesampai di pesantren tepat di depan gerbang aku agak canggung semua,tapi rasanya tenang sekali ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di pesantren dan  tak kusangka sambutan mereka sangat rama dan santun  di tambah dengan lingkungan yang tentram.

Dan uniknya lagi di pesentren itu laki-laki dan perempuan dipisah padahal setahuku sekolahankan tidak ada yang dipisah.Dan itu membuatku sangat kagum ,baru menginjakan kaki untuk pertama kalinya aku sudah dibuat kagum dengan keindahan islam.

Setelah beberapa hari tinggal di pesentren dan memasuki bulan puasa disana,melihat rutinitas para santri  hatiku jadi tergerak untuk ikut kegiatan mereka,padahal aku sebelumnya sangat malas untuk mengikuti kegiatan yang membosankan,tapi disini berbeda aku malah jadi bersemangat untuk mengikutinya.

Terutama yang paling ingin aku ikuti ialah pengajianya, walaupun ketika waktu itu aku masih seorang non muslim.Tapi mereka tidak menjauhiku malah mereka secara perlahan-lahan mengajakku untuk selalu ikut kegiatan mereka dan aku pikir kegiatannya semua positif.Untuk kedua kalinya aku di buat begitu kagum oleh islam.

“Dug…dug….”suara bedug ditabuh menandakan adzan akan dikumandangkan.Semua santri berkumpul di ruang makan untuk berbuka puasa,melihat mereka dengan lahap makan di penuhi dengan suasana kesederhanaan membuat hatiku terharu,ketika di UK aku tidak pernah menemukan suasana senyaman ini. Dan berbeda sekali dengan kehidupanku di UK yang selalu glamor.

“Bu Dokter tidak buka puasa….?” tanya salah seorang santriwati kecil.

“Oww..iyaa…” jawabku bohong,aku merasa malu pada anak itu diusianya yang masih belia di mampu menjalankan tugas agamanya dengan baik. Tapi aku seorang non muslim tidak ada kewajiban bagiku untuk berpuasa.

Aku langsung  bergabung dengan mereka yang penuh  dengan kesahajaan di bulan nan suci ini.Setelah itu mereka melaksanakan sholat yang disebut sholat tarawih,dan aku kembali ke kamar.

Di kamar aku coba mengaca diri,dari kejadian-kejadian yang aku alami selama di pesantren dan mengenal islam lebih dekat membuat hatiku bimbang.Semalaman aku tidak bisa tidur dan hatiku seakan-akan ada yang mengajak untuk mengenal islam lebih dalam lagi.

“Agama apa yang sebenarnya paling benar..?Dan mengapa di bulan ini aku merasa lebih tenang,lebih bahagia yang tidak seharusnya aku merasakan ini karena aku bukanlah seorang muslim…?” tanyaku dalam hati dengan penuh kebingungan,tidak tau perasaan apa ini yang menghampiriku.

Keesokan harinya,aku menceritakan semua yang kurasakan pada Bu Ustadzah,setelah mendengarkan ceritakku Bu Ustadz senyum ke arahku sambil meneteskan air mata.

“Subhanaallah….Allahu akbar….” ucap Bu Ustadz.

“Kenapa bu…?” tanyaku heran.

“Hidayah Allah sudah datang nak,Allah menunjukan shirothol mustaqim padamu nak di bulan yang mulia ini,inginkah engkau masuk islam…dan meninggalkan agamamu?” tanya Bu Ustadzah dengan tetesan air matanya.

“Maksudnya…Bu Ustadzah  kenapa nangis…..?” tanyaku masih kebingungan.

“Kau merasa bahwa agama yang selama ini kau peluk terasa tidak pas dan mantap dihatimu semenjak kau tau islam selama dua hari ini dan kau mengalami pergolakan,bimbang dalam hatimu.Rasanya islam adalah yang benar,bukan begitu?” tanya Bu Ustadzah balik.

“Iya bu…seperti itulah yang aku rasakan……” jawabku.
“Itulah yang dinamakan hidayah dari Allah,di bulan yang mulia ini Allah memberikan itu padamu agar kamu menuju jalan yang lurus,menjadi seorang muslimah…maukah kau anakku?” tanya Bu Ustadzah.

Diriku menarik napas panjang dan air mataku tak bisa kubendung lagi sambil berkata:” Iya,saya siap menjadi seorang muslim bu….” .Dan ketika itu hatiku terasa amat tenang.

“Alhamdulillah ya Rob…Alhamdulillah….” jawab Bu Ustadzah dengan memegang pipiku dan memandangiku dengan penuh kebahagiaan.

Setelah aku bersyahadat dan melakukan proses-prose menjadi muallaf serta telah menjadi muslimah secara utuh,aku mengerti kenapa bulan puasa atau ramadhan disebut bulan mulia,karena bulan mulia ini telah mengantarkanku menuju sebuah kemuliaan menjadi seorang muslim.

Menjadi seorang muslim membawa perubahan yang sangat besar padaku,mulai dari jiwaku hingga penampilanku yang  sebelumnya bergaya ke-Eropaan yang didominasi pakaian serba terbuka,sekarang menjadi berjilbab panjang dan sangat tertutup.Hanya dalam hari yang singkat ini Allah memberikan petunjuk padaku lewat tugas praktekku dan tak salah aku memilih pesantren ini.

“Alhamdulillah sekarang Bu Dokter sudah menjadi dokter muslimah…” ujar Fatimah pengasuh pondok putri.

“Iya…Bu dokter kelihatan tambah cantik….jadi kalah saingan nih” sahut  Zizi santri belia yang mengispirasiku.

“Bisa saja…iya saya juga mohon bimbingannya…” jawabku.

Aku mulai ikut berpuasa bersama para santri,rasanya sangat bahagia sekali bisa berpuasa yang sebelumnya aku tidak pernah menjalankannya.Memang awalnya sangat berat menahan rasa lapar dan haus,tapi dari situ aku mengerti bagaimana rasanya orang yang tidak makan,orang yang kelaparan dan semua itu menjadikan aku untuk selalu bersyukur pada Allah SWT dengan keadaanku sekarang ini.

“Zi…Bu Dokter boleh minta tolong nggak?” tanyaku pada gadis yang sudah hafal Al-Qur’an itu.

“Boleh…Bu Dokter yang cantik ini mau minta tolong apa…..?” jawabnya.

“Tolong ajari Bu Dokter ngaji ya…Bu dokter ingin banget bisa ngaji kayak kamu….?”pintaku padanya.    
  
“Alhamdulillah….Subhanallah…iya-iya bu aku mau banget nanti kita juga bisa darusan bersama…” jawab anak itu.

Di bulan yang mulia ini ku ungkapkan perasaan sangat bahagia sampai tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata,di bulan yang mulia ini aku bisa menjadi hamba tuhan yang paling mulia di semesta alam yaitu hamba Allah SWT.

Di bulan yang mulia ini aku mengenal panutan hidup yang paling mulia yaitu Rosullullah Muhammad SAW,di bulan yang mulia ini kukenal dan kubaca kitab pegangan hidupku yang paling mulia diantara semua kitab yaitu Al-Qur’an Al karim.Dan dibulan yang mulia ini aku mendapat hidayah dan menjadi seorang muslimah,rasa sangat sedih jika ditinggalkan oleh bulan yang mulia ini.Belum tentu tahun depan aku dapat berjumpa dengannya lagi.Bulan Ramadhan bulan penuh kemuliaan.

Tak terasa sudah dua minggu aku menjadi dokter mantan kafir di pesantren ini,kuisi dua minggu terakhir bulan ramadhan ini selain memeriksa santri-santri juga dengan banyak-banyak beramal dan memperdalam lebih jauh lagi tentang islam
.
“Assalamualaikum Bu Dokter…” sapa Bu Ustadzah.

“Waalaikumussalam bu…” jawabku.

“Gimana rasanya menjalankan amal ibadah dengan puasa di bulan yang mulia ini…?” tanya Bu Ustadzah dengan senyumnya yang menawan.

“Alhamdulillah bu… senang sekali lebih-lebih sekarang saya seorang muslimah,rasanya jiwa saya terlahir kembali…sungguh bulan yang penuh dengan kemuliaanya.Dulu ketika saya UK tidak pernah tau apa itu puasa dan jujur saja tahun lalu saya tidak berpuasa,sungguh kebahagiaan yang tak ternilai harganya dapat menjalankan amal kebaikan di bulan yang suci ini bu……dan bahagia sekali menjadi hama Allah” jawabku.

“Alhamdulillah bu,semoga Allah selalu melimpahkan berkah kepada kita…..ibu termasuk orang yang beruntung baru beberapa hari di pesantren sudah mendapat hidayah dari Allah……  ” ujar Bu Ustadzah.

“Amiiiiin….” jawabku lagi.

Tak terasa tinggal menghitung hari saja,hari kemanangan sudah di depan mata.Perasaanku sangat bahagia dan juga sangat sedih karena harus meninggalkan bulan yang mulia ini,belum tentu tahun depan aku bisa berjumpa lagi dengannya,bisa berbuka puasa,sahur dengan para santri,tadarusan dan sholat tarawih bersama,sungguh nikmat yang tak ternilai harganya.Setelah lebaran aku izin kepesantren untuk pulang selama beberapa hari guna mengunjungi mama di rumah.

“Ting…tung…Assalamualaikum…” mencet bel dan mengucapkan salam.

“Iya sebentar….” jawab mama,sudah tau aku dari suaranya.

Mama membuka pintu dan…..

“Siapa kamu..?” tanya mama,mama pangling kepadaku.

“Ini aku ma…Alice…anak mama,masak lupa?...” jawabku

“Aliceee….” jawab mama terheran-heran sambil memandangiku.

“Kamu sekarang berjilbab….” tambah mama dan masih tidak percaya kalau itu adalah aku.

Kami masuk kedalam rumah dan aku menceritakan semua yang terjadi pada diriku kepada mama selama di pesantren dan aku juga menyatakan bahwa sekarang aku adalah seorang muslim. Mama hanya diam saja dan tidak bicara sepatah kata pun,di pikiranku waktu itu mama pasti tidak setuju.

Tapi selama beberapa hari di rumah,aku tunjukan perubahanku mulai dari sikapku sampai pakaianku kepada mama dengan tujuan supaya mama tau bahwa menjadi seorang muslimah itu indah seindah bulan yang membawaku pada islam.Ketika hari terakhir  dirumah, aku pamitan kepada mama untuk kembali ke pesantren.Dari kemarin mama masih  tidak mau bicara sama sekali kepadaku.

“Ma…Alice balik dulu ke pesantren..Assalamualaikum” pamitku pada mama sambil mencium tangan mama yang sebelumnya aku tidak pernah mencium tangan mama.Biasanya aku cuma cipika-cipiki saja.Aku membuka pintu dan membawa barang-barang dengan berat hati karena mama diam saja dengan perubahanku menjadi seorang muslimah.TIBA-TIBA ……………

“Alice…………..” panggil mama.

Aku menoleh kearah mama
“Mama mau  ikut ke pesantren…………” ujar mama.
“Lo…mama kenapa mau ikut alice ke pesantren?” tanyaku heran.

“Setelah mama lihat perubahanmu semenjak menjadi muslim,hati mama jadi iri padamu.Rasanya tenang dan indah sekali dapat memeluk agama islam………..” jelas mama padaku.

Aku hanya bisa menangis memeluk mama dan tak menyangka mama juga mau memeluk agama islam.Disini Allah menunjukan hidayah-NYA,terima kasih Allah.Dan akhirnya, alhamdulillah keluarga kecilku menjadi keluarga muslim yang bahagia berkat bulan yang mulia yaitu bulan ramadhan. Kutulis pengalaman hidupku yang berharga ini dalam hatiku dan akan selalu kunanti kedatanganmu bulan penuh kemuliaan bulan RAMADHAN.I LOVE RAMADHAM SO MUCH.

MARHABAN YA RAMADHAN

Cerita oleh HASBI ASHSHIDDIQI

MA YKUI MASKUMAMBANG

JSEMOGA BERMANFAATJ

Senin, 04 Maret 2013

PEMUDA SEBAGAI AKTOR TERORISME
Sesungguhnya islam adalah agama yang cinta kedamaian dan ketentraman, tidak menyukai segala bentuk aksi kekerasan tanpa sebuah alasan. Sebagaimana dalam hadist: ‘Â’isyah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَ يُعْطِيْ عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِيْ عَلَى الْعُنْفِ
“Sesungguhnya Allah itu Maha Santun, menyukai sikap santun dan memberi kepada kesantunan apa yang tidak diberikan kepada kekejaman.”
Tidak hanya itu, Allah SWT juga membenci orang-orang yang suka melakukan kekerasan terhadap sesama, lebih-lebih sebuah aksi tindak terorisme. Sebagai mana sabda Nabi SAW:
إِيَّاكُمْ وَ الْغُلُوَّ فِيْ الدِّيْنِ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِيْ الدِّيْنِ
“Berhati-hatilah kalian dari sikap ekstrim dalam beragama, (karena) sesungguhnya sikap seperti itulah yang telah menghancurkan umat sebelum kalian.”
Dari dua hadist di atas dapat kita petik sebuah pelajaran bahwa agama islam sangat menolak segala bentuk terorisme dan radikalisme karena itu sangat berakibat fatal terhadap susunan kehidupan umat. Lebih-lebih kepada para pemuda yang menjadi pondasi negeri ini. Seorang pemuda apabila terinveksi virus terorisme maka rusaklah masa depan dan keluarganya. Sudah jelas seperti itu tapi kenapa masih terjadi kasus seperti di bawah ini?
JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaku bom bunuh diri di JW Lounge Hotel JW Marriott, Jumat (17/7) pagi, ternyata seorang bocah di bawah umur. Berdasarkan hasil rekonstruksi dan sketsa wajah tim Disaster Victim Identification Markas Besar Polri diperkirakan, pelaku berusia 16-17 tahun, bukan 20 tahun seperti yang diberitakan sebelumnya.

Ciri unik lainnya, pelaku diperkirakan memiliki tinggi badan 180-190 cm. Namun, sayangnya, pihak kepolisian tidak mau berspekulasi mengenai ras dari pelaku bom bunuh diri yang menewaskan enam orang tersebut.

Berdasarkan selebaran yang dibagikan pihak kepolisian, ciri-ciri umum lainnya adalah berjenis kelamin pria, memiliki kulit putih, berambut pendek hitam dan lurus, serta berukuran sepatu 42-43.
Sementara itu, pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton, seperti yang diberitakan sebelumnya, berjenis kelamin laki-laki, berumur 20-40 tahun, berkulit sawo matang, berambut lurus hitam dan pendek, serta tinggi badan sekitar 165 cm.

Berdasarkan kasus diatas jelas dan gamblang bahwa pemain dari skenario lingkaran setan terorisme ialah para aktor-aktor muda yang seharusnya menjadi generasi penerus  terbaik bagi negeri ini. Setetes tinta kotor terorisme dapat menghapus jiwa emas para pemuda. Sungguh ironis!

Banyak dari masyarakat awam yang tertipu, terlebih para pemuda dengan manipulasi terorisme. Mereka banyak yang menganggap bahwa terorisme ialah jihad fisabilillah, dan itu mereka terima saja tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Padahal sudah jelas dalam jihad fisabilillah Allah SWT tidak mengenankan kekerasan apalagi terorisme dan radikalisme.

Dan ironisnya lagi sebagian masyarakat banyak yang berasumsi bahwa apabila mati karena terkena bom yang diledakannya sendiri berarti mati syahid, bukan mati syahid yang didapat tapi mati gosong dan sangit. Kesalahkaprahan karena pemahaman sebagian masyarakat dan pemuda yang masih minim tentang makna terorisme sebenarnya patut kita luruskan sebagai kewajiban seorang muslim yang utuh. Sebelum itu mari kita ungkap terlebih dahulu sejarah dari lingkaran setan ini.

Terorisme pertama kali muncul dalam Revolusi Perancis tahun 1789 sampai 1797. Pengertian dari terorisme itu sendiri ialah segala bentuk tindakan kekerasan yang menindas atau merampas hak seseorang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Mereka melakukannya hanya bergantung pada kemauan mereka sendiri, hanya meneruti kegeregetan mereka terhadap umat lain. Bentuk dari terorisme itu sendiri ada banyak sekali macamnya. Di negara ini banyak masyarakat yang berasumsi bahwa terorisme identik dengan pengeboman, ya sah-sah saja karena di negara yang minim mental ini sering terjadi terorisme dalam bentuk pengeboman seperti fakta di atas dan mirisnya lagi pemerannya adalah para pemuda kita.

 Bahkan ada bentuk terorisme secara halus sampai korbannya tak terasa. Seperti yang dilakukan Amerika terhadap negara penakut seperti ingus yang keluar masuk hidung, negara kita sendiri. Diteror secara halus hingga tak terasa dan tak berbercak. Sungguh lingkaran setan yang tiada batas.

Pada era yang kata orang sudah modern ini masih ada saja terorisme, negara telah memasuki era modern dan terorisme juga tidak mau ketinggalan. Mereka para King of Terorisme ikut memoderenisasikan dirinya dan kelompoknya secara imajinatif. Kenapa bisa dikatakan seperti itu?  Karena para pemeran dari skenario ini sudah bukan para King of Terorisme lagi, tapi berganti para pemuda yang masih fresh dan menjadi pondasi negeri ini.

Timbullah pertanyaan kenapa sekarang memakai aktor-aktor muda? Apakah para King of Terorisme sudah tua dan tidak kuat membawa bom lagi?

Ternyata bukan itu jawabanya. Jawabanya sangatlah mudah, karena pemuda-pemuda sekarang gampang direkrut dan diselewengkan pikirannya terutama keyakinan dan akhlaknya. Dengan iming-iming  dapat tiket VIP masuk surga dengan menjadi teroris kata King of Terorisme, maka masuklah para pemuda-pemuda kita dalam jerat jaring laba-laba terorisme yang tiada batas. Sulit untuk keluar dan dipastikan mati karena bom mereka sendiri atau mati ditembak karena tertangkap Densus 88. Seperti fakta diatas, bom bunuh diri yang mereka lakukan dengan rasa bahagia karena sudah pasti masuk surga yang merupakan pemikiran terbodoh! Sudah tubuh hancur terkena bom hancur pula di akhirat, sungguh kasihan! Apa saja yang menyebabkan para pemuda gampang dijadiakan aktor-aktor terorisme?

Faktor-faktor kenapa para pemuda gampang dijadikan aktor-aktor terorisme diantaranya:

 Yang pertama ialah faktor ekonomi, banyak diantara pemuda kita yang berpotensi tapi pengangguran. Para King of Terorisme menggunakan kesempatan itu untuk merayu mereka para pemuda dengan uang yang banyak, yang dapat mereka gunakan untuk keluarganya, dari situ para pemuda terjebak dan tertipu.

Ya disinilah kelemahan para pemuda kita, hanya dengan materi mereka dapat terjebak begitu saja dan menukarkan dirinya untuk perbuatan bejat terorisme. Disini menujukan bahwa faktor kemiskinan juga mempunyai andil dalam terciptanya terorisme di negeri ini. Apakah pemerintah hanya diam saja melihat skenorio perusakan pemuda bangsa ini? Tanyakan pada pemerintah apa yang dilakukannya!

Yang kedua ialah kurangnya pengetahuan dan ilmu para pemuda, karena kesalahpahaman dan ketidaktahuan para pemuda secara mendalam tentang arti jihad fisabilillah , hanya dengan iming-iming bisa masuk surga karena mati syahid menjadi teroris dan dengan cara inilah para King of Terorisme berhasil mengubah jalan pikiran para pemuda.

 Kurangnya pengetahuan para pemuda tentang arti jihad fisabilillah menjadi sasaran empuk para King of Terorisme untuk menjadikan mereka aktor dalam permainannya. 

Seharusnya kita sebagai pemuda selalu menggunakan waktu kita untuk menambah ilmu kita, sehingga kita tidak dengan mudah terjebak dalam naungan terorisme, lebih-lebih pemuda muslim karena Nabi SAW telah bersabda yang artinya:
“ Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan “

Yang ketiga ialah mental atau psikologi  mereka, tahu sendiri bahwa mental ketika muda khususnya para  remaja sangatlah labil, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimana rasa ingin tau mereka sangat besar untuk mencoba hal-hal yang baru. Hanya diberi informasi kalau menjadi teroris dapat masuk ke surga karena mati syahid, mereka menelannya mentah-mentah tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Ya akibatnya banyak sekali para pemuda yang terjerat kasus terorisme, malangnya!

Begitu juga dengan emosi mereka, kadang kala seorang pemuda mempunyai semangat yang menggelora dan rasa malas yang tak kala juga. Rasa semangat dan emosi merekalah yang dimanfaatkan oleh para King of Terorisme untuk merekrut dan menjadikan mereka aktor-aktor terorisme. Dengan memberikan informasi dan pengajaran anti toleransi terhadap sesama dan menggenjot semangat mereka hingga membara dan mau melakukan apa saja. Tamatlah riwayat para pemuda di tangan King of Terorisme.

Yang terakhir ialah konsistensi mereka, berupa keyakinan yang dengan mudah digoyahkan karena kebanyakan para pemuda hanya melihat dari satu sisi saja ketika mau menjadi seorang teroris. Mereka hanya melihat dari sudut pandang dan pemikiran mereka sendiri tanpa memperhatikan apa nanti dampaknya. Tidak hanya itu, para pemuda juga tidak pernah berpikir panjang dalam mengambil segala bentuk keputusan, terutama keputusan yang menyangkut kehidupan dan martabat mereka.

Sesungguhnya apa yang dilakukan para King of Terorisme ialah berlebih-lebihan dalam agama ( Al Ghulu Fiddin ) yang mana mereka hanya berpikir untuk memberantas orang-orang yang bukan seagama. Dan hanya mengunggulkan agamanya sendiri atau terlalu alay dalam agama bahasa kerennya, tapi kenyataanya orang yang seagama pun terkena imbasnya. Belum lagi dampak negatif yang di timbulkan bagi umat. Allah SWT jelas tidak menyukai orang-orang tersebut. Sebagaimana firmannya:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

Berlandaskan pada ayat di atas, seharusnya para pemuda sudah sadar dan paham bahwa yang dilakukan para terorisme dibenci oleh Allah SWT. Apa kita sebagai seorang pemuda mau menjadi musuh Allah SWT? Tentu saja tidak maukan?

Oleh karena itu, jauhilah yang namanya virus lingkaran setan ini, jaga jiwa emas kita sebagai pemuda negeri. Jangan sampai kita menjadi aktor dari permainan skenario setan ini, mari kita wujudkan pemuda Indonesia yang lebih baik dan jauh dari kata terorisme, radikalisme, dan kekerasan. Jika masa depan dari pemuda-pemuda kita telah hancur karena terorisme, tentu saja secara otomatis masa depan negeri ini akan hancur pula. Kita tidak bisa membayangkan seperti apa negeri ini jika pondasinya roboh dan hancur.
Ada angin berembus ada pula kabar berembus di masyarakat. Banyak orang-orang yang menghubungkan terorisme dengan pesantren.

Sebenarnya ada apa dibalik terorisme dan pesantren khususnya para santri (pemuda pesantren)? Adakah hubungan timbal baliknya? Kenapa kebanyakan orang-orang menganggap seperti itu?

Banyak orang yang berpikir terutama orang-orang non muslim bahwa pesantren adalah gudangnya terorisme, sarang terorisme dan sumber terorisme. Inilah yang akan kita ungkap karena dalam dunia pesantren islam mengecam adanya kekerasan, apalagi segala bentuk terorisme. Dalam dunia pesantren para santri juga di ajarkan tentang toleransi beragama, baik yang terkait dengan persoalan agama maupun hubungan antar sesama manusia, dan mereka juga mengetahui arti sebenarnya dari jihad fisabilillah.Terutama masalah ilmu-ilmu agama yang sudah jelas landasannya.Tapi mengapa masih ada saja santri yang menjadi aktor terorisme?

 Jika ada dugaan satu atau dua pesantren yang terlibat lingkaran setan terorisme terutama para santrinya yang menjadi aktornya, jangan disamaratakan bahwa semua pesantren itu sarangnya terorisme, jangan digeneralisasikan. Di situ akan timbul asumsi negatif terhadap semua pesantren yang ada di negeri ini dan jangan sampai kita mengambil suatu tindakan yang dapat merugikan semua pihak.

Walaupun ada dugaan yang mengatakan bahwa  aktor terorisme dari golongan santri pesantren, maka pelakunya bersifat melokalisir permasalahan dan memerlukan pembinaan. Dari situ kita dapat meluruskan kembali akidah para santri. Perbandingannya dari 1000 santri hanya ada 1  santri yang melakukan tindakan menyeleweng. Mengapa bisa demikian?

Karena fakta membuktikan bahwa para santrilah yang menjadi pondasi yang paling kuat bagi negeri ini di masa depan, karakter yang kuat telah di ajarkan di pesantren dan mereka juga di berikan bekal-bekal tata cara hidup sesuai dengan islam. Oleh karena itu, masih banyak sekali para santri yang mengetahui tentang kejinya tindakan terorisme. Masih banyak para santri yang mempunyai jiwa anti terorisme.

Dan sudah jelas di atas diterangkan bahwa islam benar-benar melarang tindakan kekerasan umat dan juga mengajarkan tentang toleransi agama. Semua hal tersebut telah tertanam pada jiwa seorang santri. Jadi sudah jelas bahwa para santri masih banyak yang mengetahui kejinya dan nistanya sebuah terorisme.

Pada dasarnya pesantren mempunyai hubungan dengan terorisme, tapi tidak semua pondok pesantren memiliki andil terhadap hal tersebut. Untuk itu sebagai generasi islam yang utuh kita wajib untuk meluruskan sebagian umat islam yang menyeleweng dan meluruskan asumsi masyarakat serta para pemuda tentang bahayanya terorisme.

Bagaimana cara untuk membebaskan islam dan santri pesantren dari lubang terorisme ini?
Sebagai generasi islam yang utuh, ini merupakan kewajiban kita semua, dengan cara memberikan pengertian secara utuh tentang terorisme kepada pemuda secara umum dan kepada pemuda islam khusunya, bahwa sudah jelas Allah SWT membenci sebuah kekerasan yang merebut hak orang lain tanpa alasan yang pasti.

Dengan perkembangan teknologi yang maju sekarang ini dapat kita jadikan media berdakwa guna meluruskan pemahaman umat tentang terorisme, dari teknologi tersebut kita bisa langsung berdakwa ke banyak umat tanpa harus bersusah payah. Dan yang paling penting ialah kita harus menanamkan jiwa anti terorisme dalam hati dan pikiran kita, karena itu akan berpengaruh pada tindakan kita sebagai seorang pemuda muslim yang utuh.

Dengan memberikan pendidikan secara formal di lembaga-lembaga pendidikan, seperti sekolahn dan pesantren sehingga para generasi penerus dapat mengetahui apa itu terorisme. Dari tingkatan yang paling bawah, menengah hingga semua lapisan masyarakat dapat mengetahuinya sacara benar dan jelas.

Oleh karena itu, kita harus bisa mewujudkannya dengan berbagai upaya karena ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melindungi para pemuda dari lingkaran setan terorisme. Sehingga di masa mendatang sudah tidak ada lagi aktor-aktor terorisme, tidak ada lagi kekhawatiran masyarakat terhadap terorisme dan tidak ada lagi miskomunikasi atau kesalahpahaman tentang terorisme. Akan tetapi bagaimana upaya kita untuk menanggulanginya sebagai seorang pelajar?

Sebagai seorang pelajar yang dapat kita lakukan ialah memberikan pemahan kepada teman-teman kita tentang arti dan pengertian terorisme secara utuh dan jelas, dengan melakukan diskusi secara bersama merupakan sesuatu yang dapat kita lakukan. Selain itu, sebagai seorang pelajar kita harus bisa menanamkan dalam jiwanya bahwa terorisme dapat merusak masa depan kita, merusak impian kita dan usaha kita selama ini untuk itu akan sia-sia bagaikan kertas terbakar oleh api. Wow??

Sebegai generasi penerus dan pondasi dari negeri ini, mari kita wujudkan langkah-langkah tersebut agar bisa terealisasikan dan tidak hanya menjadi lelucon saja! Sehingga di masa depan Indonesia bisa melangkah di atas jalan pelangi kesuksesannya, dapat mengayomi dan mensejahterahkan bangsanya khusunya para pemuda dari jerat terorisme.

 Semoga Indonesia dapat terbebas dari jerat terorisme dengan upaya-upaya yang kita lakukan sebagai pemuda, generasi penerus dan pondasi negeri ini. Semangat! Amin Ya Robbal Alamin J.


                                                                                      HASBI DIQI