Selasa, 14 Mei 2013

AGAR DAUN TIDAK BERJATUHAN

Apa itu sebuah keluarga? Keluarga seperti apa yang banyak diinginkan orang?

 Berbicara tentang sebuah keluarga tidak akan ada habisnya dan tidak akan lepas dari bagaimana cara membentuk keluarga yang banyak di inginkan oleh  orang. Sebuah keluarga merupakan tempat dimana kita dapat mengenal dan memahami arti sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Sebuah keluarga sangat penting dan pasti dibutuhkan oleh setiap manusia, dikeluargalah kita dapat mendapatkan banyak sekali bekal untuk kehidupan kita kelak dan tahu bagaimana membentuk  sebuah keluarga itu sendiri.

Tapi fenomena di sekitar kita banyak sekali keluarga yang hancur dan rusak, bak terjadi sebuah peperangan yang sangat dahsyat. Mental  Keluarga broken home terjadi dimana-mana dan itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi di lingkungan kita.

Banyak keluarga awam dan tidak tau betapa bahayanya perceraian yang dilakukan dalam sebuah keluarga terhadap mental dan psikis anak. Orang tua kita mengambil sebuah keputusan untuk bercerai apa tidak berpikir lebih dalam lagi tentang dampaknya terhadap anak-anak mereka, sekedar mengedepankan emosi sesaat tapi berdampak fatal terhadap masa depan anak-anak mereka. Dan ini merupakan contoh keluarga yang rusak.

Dampak yang ditimbulkan dari perceraian keluarga terhadap anak ialah seorang anak akan terguncang batinnya, anak setiap hari bahkan setiap saat selalu bersama dengan ayah dan ibu mereka, sarapan pagi dengan keceriaan di meja makan, menonton TV bersama dengan canda tawa. Namun itu hilang seketika ketika perceraian datang menghantam sebuah keluarga.  

Awan yang semula cerah dipikiran seorang anak  berubah menjadi mendung bergelegar petir, terjadi cambukan perih di dalam batin seorang anak dan seorang anak sulit untuk mengungkapkan perasaanya kepada orang tuanya karena mereka berpikir bahwa kedua orang tua mereka sedang menjalani peperangan dunia ketiga. Dari sini timbullah rasa kecewa dalam batin seorang anak yang tidak akan bisa diobati dengan apapun, mengapa bisa demikian?

Karena rasa kekecewaan tersebut tidak dapat dipikul sendiri bagi seorang anak dan ditanggungnya sendiri, yang di inginkan seorang anak hanyalah kelengkapan dan kedamaian dalam keluarga. Namun itu sudah tidak didapatkan lagi bagi seorang anak ketika perceraian menghantam sebuah keluarga, sesosok figure ayah dan ibu yang diinginkannya sudah tidak ada lagi. Dari situlah timbul rasa yang berkecambuk di benak seorang anak, rasa kaget, kecewa, sedih dan marah bercampur aduk semuanya menjadi satu dan itulah yang menjadi beban psikis bagi anak.

Seorang anak tidak seharusnya menanggung beban sedemikian rupa, karena hal tesebut maka terbentuklah karakter yang buruk pada anak. Seorang anak melampiaskan kekecewaan mereka dalam bentuk tindak laku di kemudian hari. Kasih sayang yang mereka butuhkan dan mereka inginkan sudah tidak ada lagi bahkan menjauh dari mereka. Dari rasa kekecewaan tersebut mereka lampiaskan menjadi anak yang brutal, anak yang sudah tidak memiliki semangat lagi, anak yang selalu menyalahkan kondisi tersebut. 

Dari situ kita sebagai orang tua tidak seharusnya menyalahkan kenakalan anak karena ulah mereka sendiri. Tapi kita juga harus melihat pada diri kita  sendiri selaku orang tua, apakah karena didikan kita  yang salah atau dari tindak laku kita selaku orang tua yang menjadi penghancur sendiri bagi keluarga yang kita bentuk. Pada dasarnya tidak ada anak di dunia ini yang menjadi anak nakal bahkan brutal, mereka bisa menjadi sedemikian karena faktor dari didikan keluarga itu sendiri dan factor lingkungan pertemanan.

Dari penjelasan sedikit diatas, seharusnya sebagai orang tua kita sudah bisa mengaca dan menelaah diri kita. Tidak semua kenakalan yang diperbuat seorang anak karena dari diri mereka sendiri melainkan dari lika-liku keluarga mereka karena orang tua memiliki peranan yang sangat besar pada hal tersebut. Karakter seorang anak di bentuk ketika mereka pada masa kanak-kanak, tapi mengapa ketika seorang anak melakukan sebuah kenakalan justru kekerasan dari orang tua yang didapatkan? Apakah kekerasan fisik terhadap seorang anak dapat menyelasaikan masalah kenakalan anak?

Itu merupakan sebuah pemikiran yang sangat bejat, anak bukan tambah baik malah justru tambah nakal. Fakta tersebut benar, mengapa?

Coba lihat realita di sekitar kita, seorang anak akan bertambah menjadi-jadi kenakalannya karena mereka merasa orang tua mereka membenci mereka, menganggap orang tua mereka bagaikan monster yang dengan mudah memukul mereka. Didalam mindset seorang anak sudah tertanam bahwa orang tua mereka adalah tukang pukul. Anak akan selalu berpikir negative terhadap orang tua, bahkan mereka akan balas dendam terhadap apa yang dilakukan oleh orang tua kepada mereka.

Tidak hanya itu, dari pukulan fisik akan menimbulkan bekas mendalam atau rasa sakit yang besar di fisik dan psikologi mereka. Dan itu akan tertanam begitu kuat dan sulit untuk dicabutnya. Sehingga pribadi anak akan menjadi pribadi yang rapuh di lingkungan keluarga yang rusak.

Dari fenomena tersebut sudah jelas, factor penyebab kenakalan anak bukan dari diri mereka sendiri, melainkan bisa saja dari pihak orang tua bagaimana cara mendidik mereka. Kekerasan fisik yang banyak dilakukan oleh orang tua turut andil dalam permainan perusakan mental seorang anak.

Pada hakikatnya dalam mendidik seorang anak hanya membutuhkan kasih sayang dan cinta yang tulus dari kedua orang tua mereka. Anak bagaikan kura-kura sedangkan orang tua bagaikan tempurungnya, dimana tempat anak untuk berlindung dan bersandar ketika anak terguncang masalah. Oleh karena itu, tanamkan kasih sayang dan cinta yang tulus dalam mendidik anak dan membina rumah tangga dalam sebuah keluarga.

Sehingga keluarga yang harmonis, keluarga yang menjadi impian semua orang akan kita genggam dan kita miliki. Pada akhirnya tidak akan ada lagi daun yang rapuh gugur pada musim gugur, tapi daun-daun yang sudah siaplah yang akan gugur pada waktunya.


By: HASBI DIQI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar